Minggu, 26 November 2017

Hari Guru Nasional



Pahlawan Tanpa Tanda Jasa-ku

                Tadi pagi, saat saya mendengarkan radio di rumah, kebetulan tema yang dibicarakan adalah hari guru. Si penyiar radio menanyakan kepada para pendengar radio,”karena sekarang hari guru, siapa guru kamu yang paling berkesan di hati sampai saat ini? Kirim jawabanmu di bbm, wa, atau sms ke nomor ****”. Hmmm.. kalau saya memikirkan tentang pahlawan tanda jasa, saya juga punya pahlawan yang paling berkesan di hati sampai detik ini.

Beliau salah satu sosok yang sampai saat ini terkenang di hati saya. Dari saya SD sampai kuliah saat ini bertemu guru atau dosen, hanya beliau saja yang paling berpengaruh pada kehidupan saya. Namanya Bu Nanik. Beliau terkenal guru paling ‘killer’ di sekolah. Kebetulan saat jaman saya SD, beliau mengajar murid kelas 4 sampai kelas 6 SD. Saya sudah mendapat cerita tentang ke’killer’an beliau itu sejak kelas 1 SD. Sering nih saya dapat cerita dari kakak kelas, “nanti kalau kamu sudah kelas 4 SD nanti kamu ketemu sama bu itu lho. Bu itu serem banget. Kamu kalo telat langsung dimarahin. Ga ngerjain pr dimarahin. Kalau sudah marah, teriakannya itu sereemm banget”. Hmmm... terdengar horor sih, tapi kadang di hati terdalam ada perasaan ingin tahu juga bagaimana rasanya kelas 4 SD. Hehe... 

Beberapa tahun kemudian... jeng jeng jeng jeng.. saya sudah kelas 4 SD. Tiba saatnya bertemu beliau. Memang benar.. beliau kalau sudah bertemu dengan murid-murid yang nggak ngerjain pr, langsung dimarahin. Benar lagi, marahnya itu horor menurut saya. Tidak menurut saya saja sih, teman teman saya juga berkata begitu. Kalau ada yang terlambat masuk kelas, langsung dimarahi, bicara sendiri saat pelajaran/ gaduh langsung dimarahi, tidak mengerjakan pr atau tugas langsung dimarahi. Seingat saya tidak pernah ada hukuman, tapi omelan dan teriakan. Teriakan dan omelannya sangat menyeramkan, tapi sebenarnya ada sedikit komedi atau lelucon yang sedikit diselipkan. Tak jarang, murid-murid juga ketawa karena leluconnya di sela-sela kemarahannya. Kadang kalau beliau sudah marah di kelas, dan ada sedikit lelucon yang keluar, saya bingung harus ketawa atau menekuk muka.

Entah kenapa dan entah darimana saya jadi semangat untuk tidak membuat beliau marah. Bagaimana caranya? Ya dengan mengerjakan pr, tidak terlambat, dan tidak gaduh. Ya karena kebetulan saya waktu itu anak yang penurut banget jadi saya kerjakan dan lakukan deh semuanya. Saya jadi ingat saat saya mengerjakan pr dan dapet nilai bagus, saya langsung dipuji, “wah.. diastri.. (dengan ekspresi senyum) buat murid murid lain yang tidak mengerjakan pr, ini lho kayak diastri dong, pr-nya dikerjain, bagus lagi nilainya”. Hehe.. beliau selalu memuji murid yang tidak onar. Saya jadi semangat. Dipuji oleh guru yang dikenal killer adalah suatu kebanggaan tersendiri. Entah ada semangat darimana untuk belajar. Saya semangat saja untuk belajar. Saya suka banget belajar, entah itu dari faktor beliau atau bukan. Entah itu belajar matematika, IPS, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan Bahasa Inggris. Semua menyenangkan untuk saya pelajari. 

Waktu terus berjalan. Saat itu, kalau tidak salah saya sudah kelas 5 SD. Saya ingat sekali momen momen itu. Momen saat diadakan ujian mencongak yang terkadang mendadak. Beliau berkata,”Nanti kalau ujian mencongak matematikanya dapet 100 akan saya beri uang seribu rupiah” Wah, saya merasa percaya diri banget nih  bisa dapet nilai segitu. Ternyata waktu sudah ujian, saya memang dapet nilai 100. Saya dikasih uang seribu rupiah deh. Lumayan tuh setara dengan uang saku saya per hari dari orang tua. Lumayan lah bisa buat ditabung. Terdengar lucu sebenarnya karena beliau mengiming-imingi uang untuk muridnya yang mendapatkan nilai 100, tapi ya tidak apalah kalau niatnya adalah memberi semangat terlebih dahulu. 

Entah kenapa kalau mau pelajaran beliau, saya jadi semangat untuk belajar sebelumnya. Nah, terkadang beliau memberi satu pertanyaan matematika pada saat itu juga. Pertanyaannya harus ditulis di buku tugas di tempat duduk masing-masing, kalau sudah selesai langsung dikumpulkan pada beliau di depan. Nah, biasanya saat itu, teman teman pada cepet cepetan untuk menyelesaikan soal tersebut. Saya yang biasanya pertama maju ke beliau untuk dikoreksi, tak jarang ada teman lain juga yang maju pertama dengan saya. Kalau benar rasanya senang sekali. Ada prestise tersendiri kalau saya bisa maju pertama berjalan dari tempat duduk saya dan menyodorkannya pada beliau. Mungkin karena saya sering maju pertama-tama, beliau juga jadi terlihat memperhatikan saya. Terkadang, supaya saya bisa maju pertama terus, saya jadi semangat untuk menambah kecepatan berhitung saya di matematika. Kadang saya cari rumus rumus sendiri yang tidak pernah diajarkan beliau agar lebih efisien untuk dikerjakan dengan cepat. Tak jarang, saya semangat sekali seharian mengutak-atik rumus tertentu biar majunya lebih cepat saat mendapatkan pertanyaan matematika lagi nantinya.

Selain berhitung saya juga suka membaca. Setiap kata kata yang diucapkan guru dari yang penting sampai nggak penting saya catat. Saat SD, saya punya catatan dari kelas 3 SD kalau tidak salah. Dari catatan itu saya baca berulang ulang tiap hari kalau ada waktu luang. Itu dikarenakan beliau sering menanyakan pertanyaan seperti cerdas cermat pada murid-murid sekelas. Pernah beliau menyakan suatu pertanyaan, dan saya ingat jawabannya itu ada di catatan saya kelas 4 SD. Tapi tidak ada teman-teman yang bisa jawab pertanyaannya. Karena itulah saya berpikiran, andai saya baca-baca catatan saya dari kelas awal, pasti saya mudah jawab pertanyaannya. Otomatis, karena itulah saya suka baca-baca catatan saya sendiri.

Saya juga suka hafal kata kata peribahasa beliau yang meresap sampai saat ini yaitu berakit rakit ke hulu, berenang renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang senang kemudian. Maknanya adalah bersakit sakitlah belajar saat ini kalau ingin hari tuamu menyenangkan. Itu benar benar moto yang membakar semangatku untuk belajar sampai saat ini. 

Waktu beranjak kelas 6 SD, saat itu sering diadakan try out oleh berbagai bimbingan belajar. Mungkin karena saya suka baca baca, rajin gitu, saya jadi suka masuk 10 besar dari ratusan anak. Pernah beliau berkata,”kalau kamu bisa ranking 1 try out dari lebih 500 orang, kamu saya beri hadiah”. Kemudian, benar... saya pernah ranking 1 dari 600-an anak dan itu mengalahkan murid murid yang terkenal menang berbagai olimpiade. Saat itu saya diberi uang lima ribu rupiah. Lumayan tuh saat itu, 5x uang saku saya. Nominal tidak begitu penting, tapi bangganya itu yang tidak bisa dilukiskan

Pernah juga ada ada lomba yang sifatnya itu awalnya diambil dari try out biasa di hampir seluruh sekolah dasar di jember. Saya kira itu try out biasa dan setelah saya kerjakan, saya masuk peringkat 5 besar di patrang dan diharuskan ikut babak selanjutnya.Babak selanjutnya ternyata persis banget kayak olimpiade. Tapi ini olimpiade semua bidang. Dari matematika ada, IPA ada, IPS juga, Bahasa Inggris, dan yang lainnya. Sempat ciut nyaliku, katanya saya akan berhadapan dengan siswa dari sekolah xxx yang suka dapet medali di olimpiade. Gurunya pun elit  banget

Untuk menghadapi babak final, saya mengikuti tentiran dengan bu Nanik, dan guru lainnya. Yang saya suka dari tentiran ini saya dibelikan makan siang yang harganya 3x uang saku saya. Hehe.. setelah mengikuti lomba tersebut sempat ciut nyali saya bertemu siswa siswa yang “keliatannya” pintar. Dan ternyata setelah diumumkan, saya kena juara harapan 1. Ya baguslah. Ternyata saya bisa mengalahkan siswa-siswa yang katanya pintar dan gurunya elit tersebut. Kemudian saya mendapat hadiah bernilai ratusan kali lipat dari uang saku saya. Hehe..

Terakhir, ketika saya baru masuk SMP, saya baru beberapa bulan berpisah dengan Bu Nanik. Tiba-tiba ada telepon rumah berdering di kamar depan. Ibuku yang menerima teleponnya, dan mengatakan kalau ada telepon dari Bu Nanik. Beliau berkata, "Nak, kamu tahu nilai UANmu SD kan?" "iya, bu, ada apa?" "iya, nilai UANmu ternyata tertinggi se-Patrang. Kamu dapat hadiah liburan dan study tour ke Palembang". Alhamdulillah.. untuk anak rumahan seperti saya, Palembang adalah pengalaman pertama dan terjauh saya selama ini.

Tapi itu semua hanya sebuah kenangan. Semenjak saya berpisah dari Bu Nanik, dan memasuki kelas akselerasi SMP, semua terasa berubah. Ketika belajar menjadi sebuah kewajiban. Ketika belajar adalah untuk lulus. Ketika belajar bukanlah hal yang menyenangkan. Hilanglah hakikat belajar itu. Semakin bertambah usia, bertambah pula kesulitan. Bertambah pula masalah. Dari masalah keluarga sampai hal percintaan. Kalau saat ini fokus belajar sudah berpencar-pencar ke banyak masalah dalam hidup. Berbeda dengan dulu. Semua tak lagi sama. Belajar harus berkali-kali, berbeda dengan dahulu yang baca sekali dan dua kali langsung nyambung. Saat ini, belajar 1 halaman saja sudah ngantuk dan tidak lama terlelap, berbeda dengan dahulu yang semakin malam semakin bersemangat untuk membaca. Semua tak lagi sama.

Jadi itulah cerita tentang pahlawanku. Pada dasarnya, makna guru bukan hanya sekedar membagikan ilmu dan membuat muridnya pintar, tapi bagaimana agar murid yang diajarnya itu menjadi bersemangat untuk belajar sehingga pelajaran atau makna hidup yang diajarkan mudah masuk dan diresapi. Semenjak saat itu, susah untuk menemukan guru seperti itu lagi dalam hidup saya... yang membuat belajar jadi menyenangkan, yang membuat saya rela belajar tanpa kantuk mendera.

Anyway, SELAMAT HARI GURU. Orang tua kita adalah guru, semua bisa jadi guru, bahkan orang yang masuk ke dalam hidup kita pun adalah guru. Pengalaman kita adalah guru. Yang terpenting, semangatlah belajar dalam setiap hembusan nafas kita.