Sabtu, 23 April 2011

Teluk Hijau Banyuwangi

Hai Hai semua...
  Liburan ini, saya bersama teman teman inTeL alias TL alias Traffic Light alias teman teman kelas XI IPA 1 tahun ajaran 2010-2011pergi ke Green Bay alias Teluk Hijau. Wiih…. Sebelumnya saya dan teman teman udah berencana ke Malang aja bareng teman teman kelas lain. Tapi panjaaaaaanggggg banget ceritanya bagaimana kami bisa ke Teluk Hijau bersama anak2 TL.

“Pantai Pribadi TL di Hari Kartini”

Hmm… sebelum liburan UAN kelas XII, kami anak TL yang masih kelas XI merencanakan liburan. Hmmm… teman teman pada bingung semua ingin liburan ke mana. Kemudian, Desi teman saya mengusulkan untuk berlibur ke Green Bay. TELUK HIJAU. Waaaa…, seperti apa sih teluk hijau itu?


           Sebelumnya Desi pernah cerita. Dia adalah ketum SISPENA SMASA saat ini, ketumnya anak alam sekolah kami deh. Dia menceritakan pengalamannya di Sukamade, Banyuwangi, melihat penyu and banyaak hal lainnya, termasuk ke teluk hijau.


Di mana sih teluk hijau itu? Di Banyuwangi. Letaknya tuh, ada di desa Sarongan, Pesanggaran, Banyuwangi. Pokoknya, inti dari apa yang diceritakan Desi tuh, untuk sampai ke teluk hijau, dari jalan besar, kita harus jalan ke pantai dulu, gak bisa yang namanya pake kendaraan untuk sampai ke pantai. Sampai di pantai, katanya sih biasa aja, karena itu bukan teluk hijaunya. Ternyata untuk sampai di teluk hijau, kita masih harus jalan lebih jauh menyusuri bebatuan. Trus, kalo kita jalan lebih jauh, kita akan melewati tanjung. Tanjung itu isinya hutan. Ya… setelah saya merasakan sendiri “emank itu hutan ya?” Aduh, gak tau. Saya bukan anak PA alias pecinta alam. Ya, anggep aja kita melewati sebuah tanjung kecil, paling nggak hanya jalan 5 meter. Setelah itu, kita akan menemukan surga dunia. 

Waaa… seperti apa sih? Emank sampe segitunya? Dari ceritanya Desi, dia sama temen2nya ke sana sampe teriak2. Takjub… ha? Jadi pengin liat! Nah, dari situ anak2 TL merencanakan liburan ke Teluk Hijau. katanya sih, teluk ijo masih belum terjamah. jadinya pantainya asri banget.

Kami memesan mobil besar dan sopir serta mengkoordinir makanan dan perlengkapan untuk dibawa ke teluk hijau. Waktu itu saya dan teman2 sama sekali tidak memikirkan perjalanan ala anak alam untuk sampai ke teluk hijau.


Nah, sebelum pergi ke Banyuwangi, saya minta2 ijin ke mama papa tercinta untuk membolehkan pergi ke Banyuwangi. Wah, kamu2 yang baca gak mungkin kebayang deh, gimana saya minta ke beliau2 buat mengijinkan. Namanya aja anak SMA “Scara, haduh… gimana ya?” Speechless. My parents always protective for me. Always and always. “aq pengin pergi ke pantai, pa..” #curhat bentar.. Saya nggak pernah dibolehin pergi2 sejauh ini. Dan ini adalah momen jarang2 bisa kumpul ama temen2 ke pantai. Wah, kalau temen2 sih udah berkali-kali melancong ke sini situ, ke pantai sampai gak bisa diitung berapa kali. And me? Satu kali aja belom. Paling, Cuma liat di Tivi-tivi. (T.T) malangnya nasibku. O… iya deng, sebenernya saya pernah sih diajak ke pasir putih ama mama, tapi ya cuma liat2 aja, gak boleh nyebur, gak boleh ngapa2in, no fun, tidak berkesan. Saya sih menganggapnya itu belum pernah ke pantai. 

Sebelum saya pergi, mama papa mengatakan, “nanti jangan maen air ya, ombaknya gedhe (besar) lho di pantai selatan itu. Kalo basah nanti gimana? perlengkapannya dibawa yang lengkap. Bla bla bla bla.” Dan saya bicara ke diriku sendiri, “jangan sampe basah ya nanti, dis! Nanti dimarain mama papa gimana? itu sepatu jangan sampe kotor! Baru dicuci lho!” Hikz.. hikz… cape deh.
 

Jam empat pagi, tepatnya tanggal 21 April 2011, kami, anak2 TL berkumpul di depan RRI dekat SMAN 1 Jember. Oh, iya, selamat Hari Kartini ya… semoga insan perempuan di Indonesia semakin maju! Ehm.. lanjut ke cerita awal. Kami sama sekali tidak memikirkan perjalanan ala anak alam untuk ke teluk hijau. Jadi kami banyak yang pake baju lumayan formal, ada juga yang pakai baju seperti mau ke mall bahkan banyak yang pake sandal unyu unyu lagi.
Kondisi Desi, sebagai penunjuk jalan ke teluk hijau memprihatinkan banget. Kakinya luka. Hikz… dia habis dari Raung. Ya… maklum lah anak alam. ternyata perjuangannya meyakinkan memesnya buat ke teluk hijau Banyuwangi lebih parah dari saya. Ya sudahlah… makasih ya, des, mau jadi penunjuk jalan kami. :P tapi semua dari kami sepertinya memang habis berjuang mati2an biar dapet ijin dari ortu untuk membolehkan kami pergi bersama. namanya juga masih SMA..

lanjut, kami anak2 TL yang ke Teluk hijau ada 17 anak dari 31 jumlah anak TL keseluruhan. Kok ga lengkap??? Pasti lah masalah perijinan ortu. Tujuh belas anak itu terdiri dari saya sendiri, Desi, Oni, Trisda, Burhan, Wira, Sindy, Prisil, Lia, Andri, Qkoy, Yudi, Aim, Fima, Resi, Tanti, and Alif. 
Aduh, waktu udah menunjukkan jam 04.30, tapi Andri ama Fima belom dateng. Saya telpon Fima, katanya speda motornya mogok gara2 bensinnya abis, jadinya dia harus naek becak tuh. Sambil menunggu Fima dan Andri, anak2 yang waktu itu masih berjumlah 14 langsung masuk ke mobil. saya duduk ama Oni di belakang pak sopir. Di sampingku ada Wira. Trus, yang duduk di depan bersama pak sopir ada Trisda dan Burhan. Di belakangku ada Prisil, Lia dan Desi. Di belakangnya lagi ada Qkoy, Yudi, dan Alif. Di belakangnya lagi ada Resi, Tanti, dan Aim. Wah, kayaknya ini mobil sudah hampir full.  Wiiih... 

Tiba2 datang sesosok becak dengan princess imut di dalamnya. *hueekkk. You know what? It’s Fima. Anak2 bersorak. Ye..... Fima dateng!!! Waktu itu teman2 sempat bingung Fima mau ditaruh di mana. Dan akhirnya, Fima duduk di barisan paling belakang. Hore!!! Tapi kami masih kurang satu lagi, yaitu Andri, mobil yang dipakai kami masih harus menjemput Andri di deket rumahnya. Setelah itu, mobil melewati Sempolan, Jember, dan berhenti untuk menjemput Sindy. Yap… kami bertujuh belas anak bersama pak sopir… Let’s Go!!!
Langsung aja basa-basinya. Kebelet cerita bagian klimaksnya nih. Kami sempat hampir tersesat untuk sampai Njajag, Banyuwangi. Kira2 jam 10-an siang lah, kami udah sampai di resort wisata Rajegwesi. Yeay!!! Letaknya di Desa Sarongan, Pesanggaran, Banyuwangi.

           Pokoknya di situ, mobil tidak bisa berjalan lebih jauh dan harus diparkir di resort ini. Soalnya, si mobil gak bisa masuk lebih jauh dan dalem lagi. Jadi, kami harus jalan. Hmmm.... jalan? Waduh. Pertamanya kami rada’ ragu sih. Ini kaki kuat atau enggak ya? apalagi ini bawa barang2 berat. Jadi anak alam nih kami2. Kata Desi, kami harus jalan kira kira 2 kilometer.


Coba lihat, di foto… di palang ada tulisannya kita mau ke objek daya tarik wisata alam yang ada di sana. Ada pantai rajegwesi pastinya. Ya iyalah, karena ini palang tempatnya ada di resort rajegwesi. Trus, ada Bunker Jepang, kalo mau liat2 bunga raflesia juga bisa, ada teluk hijau, pantai Sukamade yang ada penyunya, dan ada juga jungle track. Tapi kan kita maunya ke Teluk Hijau. Ya udah, tancap!!! tuh, tertulis di palang kalo dari sini ke teluk hijau 2 km. Ha? 2 kilometer!!! Ya udah, gak apa-apalah, yang penting dilakuin bersama dan capeknya juga bareng2. 

Sebelum kami berjalan, teman2 udah banyak yang ganti sih pake baju yang lebih simpel. Kalo saya sih, sebenarnya bawa baju ganti. Di sini, udah ada kamar mandinya. Jadi bisa ganti. Tapi, saya berpikir, masa' harus ganti sekarang? Emangnya teluk hijaunya nanti kayak gimana sih? Toh, nanti ni baju gak mungkin kotor2 amat. (*harapannya sih gitu, gak kotor2an). Cuma jalan aja kan? Lagian, saya juga gak mungkin basah2an. #inget2 apa yang dinasehatin mama. Ya, akhirnya saya  tidak ganti baju dan tetap memakai celana jeans. Huuftt! Trus, ada satu lagi wejangan dari orang sana. Kalo jalan, mending pake sepatu aja, ini kata orang2 yang ada di sana. Ha? Padahal saya udah mau ganti pake sandal japit. tapi gara2 wejangan itu, saya enggak jadi ganti sandal japit. tetap pake sepatu. "Emangnya separah itu kah?" Dan lagi2 saya berpikir dalam hati. “Alah, Cuma jalan aja sih. Lagian gak mungkin juga nih baju jadi kotor. Aq bisa jaga diri kok.” Gitu pikiranku! Ya udah deh, saya jalan bareng teman2 dengan memakai hem dari kaos, celana jeans warna item yang biasa saya pake buat acara resmi dan sepatu putih itemku yang baru aja saya cuci, sambil bawa tas ransel, dan sekresek makanan untuk nanti bersantai waktu udah nyampai di teluk Hijau. Hehe.


Pertamanya kami terbagi jadi tiga kelompok. Di barisan paling depan ada pastinya Desi sebagai penunjuk jalan. Karena cuma dia yang satu2nya tau jalan ke teluk hijau. Trus ada Burhan juga. Lainnya saya lupa. Di kelompok kedua yang tengah2 itu yang paling banyak orangnya. Dan saya ada di barisan ketiga, bersama Tanti, Qkoy, Wira, dan Aim. Seru banget deh, jalan2nya. Di sini yang paling aneh bajunya itu Qkoy. #maap ya, qoy… dia pake baju kayak mau ke mall getooo... pake sandal juga. Tapi apa salahnya sih, pikirku. *(tanpa memikirkan apa yang akan ditempuh berikutnya). Jalannya Cuma kyak gini2 aja. Toh, gak mungkin kotor2. Padahal baju yang saya pakai adalah kesalahan juga. Saya memakai baju yang lumayan resmi. Dan, faktanya banyak teman2 di sini yang salah pake baju. -.- kamu tidak sendirian, qoy.. hehe

di tengah perjalanan, kami melewati beberapa rumah warga. di situ ada toko. Jadi, kami beli2 makanan deh di sana. Mbak yang jualan tanya, “mau ke mana dek?”. “mau ke teluk hijau mbak”. “o... teluk hijau? Masih jauh tuh, masih naek gunung...” kami sontak langsung kaget. ha? Gunung? Muke gilee...
Tau nggak? waktu jalan, saya berhati hati sekali. Jangan sampe kena lumpur, jangan sampe kena air, jangan… jangan.. jangan… tidaaaakkkk!!! Sempat nyesel kenapa saya gak pake sandal japit pertamanya, karena, sepatuku yang bersih abiz dicuci malah jadi kena lumpur! Oh no! sepatuku yang bersih dan imut.. Kena lumpur dikiiiiiit aja udah sebel deh…!(*was was). 

2 tahun kemudian.... Ya ampun, lama banget. Ini sudah 2 kilometer belum? Ya, 1 kilometer aja belum nyampe. Baru beberapa meter kalee jalannya. -.-a. kami nyanyi sekenanya. La la la la la la…. Trus, Tanti tanya, “ini mau ke teluk apa bukan sih? Kok jalannya naik ya?” saya bilang, “Iya, apa jangan2 Desi salah? Kita bukan mau ke teluk, tapi tapi, tapi ke gunung.” Tanti bilang, “jangan2 kita memang di pegunungan. Jangan2 teluk sama dengan pegunungan.” Trus, Aim bilang, “berarti kita bukan mau ke teluk Hijau tapi mau ke Pegunungan Hijau”. Hahaha... Tanti bilang, “teluk hijau sama dengan pegunungan hijau”. Haduh, kenapa kita jadi menggila seperti ini? -___-
ini karena pertama kalinya kami melakukan perjalanan alam.. jadi rada’ bingung gitu, tapi tetap jalani saja… hehee



Gak terasa udah terdengar suara gemericik ombak. Air laut... wah.... di antara semak2 udah keliatan air. Sampai2 saya dan teman2 udah berbinar2. “Ayo rek, qta udah mau nyampek. Itu teluk hijaunya!” saya teriak… (*sotoy) Tapi untuk jalan ke sana rasanya jauuuh banget. Kok rasanya masih harus turun gunung nih.. tadi abis naik gunung soalnya. Nafasnya Oni aja udah satu satu. Satu satu? Emangnya speda motor? Gak tau deh. Pokoknya kami udah capek. Trus, kami istirahat sebentar. di sana kami menemukan tempat duduk. Teman2 udah duduk2 istirahat sebentar di atas bebatuan. 


Di situ udah keliatan lautan di bawah sana. Tapi….. “Ha? Kita masih harus turun dulu?” Iya... itu pun yang kami liat belum teluk hijaunya. Baru air laut biasa… Trus, qta udah jalan berapa kilometer? Desi bilang, “ini baru 1 km”. Ha? Capek deh.... berarti yang saya liat barusan cuma air laut biasa doank. T.T “trus, qta hrus jalan lewat mana?” “ya, jalan kecil itu”. (alias hutan).. ckckckck

Kami melanjutkan perjalanan. Hmmm… Masuk ke hutan… Jalannya kecil banget. Mblusuk mblusuk. Bahasa indonesianya apa ya? Gak tau. Pokoknya gitu. Jalannya cuma bisa dilalui satu orang. Jadi, ketika kami melewati jalan kecil blusukan, sebelah kanan saya adalah tanah tebing dengan banyak akar pepohonan serta bebatuan. Dan, sebelah kiri kami adalah juraang. Saya gak tau itu jurang apa bukan. Karena kalo jatuh ke sebelah kiri, alhasil, kayaknya susah buat naik dan kembali lagi. Jadi mending saya pegangan akar dan ranting yang berada di sebelah kanan saya. Waduh, saya gak pernah bayangin yang perjalanan yang kayak ginian. Sepatuku gak mungkin selamet kayaknya. Huhu.... tapi saya baru nyadar ternyata memang harus pake sepatu. Di sini banyak lumpur, dan batu. Desi aja kakinya sakit gara2 jalan2 di Gunung Raung nggak pake sepatu, melainkan memakai sandal dan berjalan tujuh kilometer.

Untungnya saya pake sepatu. Saya jadi nggak bisa membayangkan, ini teman2 yang pake sandal gimana ya? Trus, saya juga gak bisa ngebayangin kalo saya jatuh kepleset dari jalan yang kecil banget itu. Wah... mama papa pasti melarang keras saya lewat kayak ginian. Tapi gimana lagi? Berdoa saja lah. 


Rasanya, perjalanan masih jauh banget. Tapi ini suasananya rindang, karena kami lagi di dalam hutan, jadinya gak panas. Wah... rasanya kayak di tivi-tivi. Jadi ingat2 tayangan “Paradiso”. Pasti kru2nya ngelewatin kayak ginian buat tayang di tivi. Hmm.. kalo masalah perlengkapan, kayaknya perlengkapan kami sama sekali nggak lengkap. kami bukan anak pecinta alam yang tau seluk beluk hutan. Tapi, untung ada Desy anak SISPENA SMASA. Dan ada Sindy. Dia anak PMR SMASA. ya.. kami cuma bawa obat2an seadanya. Tapi kami berharap gak akan ada apa2. kami kerjasama satu sama lain. Desy, ada di depan bersama teman2 lainnya. saya bersama anak2 yang ada di belakang sempat terpisah dan  tersesat. Tapi untung bisa menemukan jalan yang benar. Hehe...

Gak terasa, udah keliatan pantainya. Wa... qta langsung bersemangat. Udah mau sampai di teluk hijau. Ye... kami sampai di pantai... pantainya bagus banget. Wah... saya yang gak pernah liat pantai secara langsung, jadi takjub. Akhirnya…. Dalam pikirku, “Tapi kok banyak batu2 ya? Di mana menggelar tikarnya nih? Koq bukannya pasir?” Desi bilang, “ini masih belom teluk hijauya. Kalo teluk hijau, jauh lebih bagus dari ini. ada pasirnya lagi. Bukan batu batu kayak ginian” Hikz... rasanya tuh, seperti ada lagu yang memancarkan kemenangan dan bernyanyi2 di telinga langsung nggleyot tuh lagu gara2 tau itu bukan teluk hijau. “Ha? benarkah?” Ini aja udah bagus pikirku. Warna air lautnya biru sih. Kalo lebih bagus dari ini kayak gimana ya? Jadi, laut yang kami liat dari tadi itu bukan teluk hijau ya.... kami udah capek nih. Kok dari tadi nggak sampai2 nih. Saya saja gak bisa membayangkan, apakah kami bisa menikmati teluk hijau itu seperti gimana? Dalam perjalanan yang udah kayak gini, apa kami bisa pulang ya??? Nyampek aja belom. Sempet mikir kayak gitu sih. Sempet mikir juga, mending pulang aja deh, takut ada sesuatu. Tapi kita harus positif thinking. “trus, di mana donk teluk hijaunya?”. Desy bilang, “di situ, ketutupan ama hutan. Kita harus nyisir bebatuan ke sana. Trus, nyeberang hutan/tanjung paling paling cuma 5 meter”. Oh iya saya lihat, di sana ada hutan. Ya... ada tanjung kecil sih. Katanya di balik tanjung itulah, tersembunyi teluk hijau.... waw....

kami istirahat bentar di bebatuan ini. Melihat lihat dengan takjub... trus, lanjutkan perjalanan. Tapi, waktu jalan, pantainya ketutupan ama air laut. karena air lautnya udah mau pasang. Scara gitu, ini udah jam 11 siang lewat lagi. kami itu telat. Andaikan air lautnya surut, pasti bisa lewat dengan mulus... haduh, lagi2 ada kendala. Bisa gak ya, kami menikmati teluk hijau? Desy jalan nyisiri pantai yang udah ketutup ama air laut sambil pegangan tanaman. Otomatis celananya basah. Gileee nih anak. Temen2 yang laen aja gak da yang berani ke sana. Anak2 teriak, “Desyyyyyy..... gak usah nekad. Kembali ajaaaa...”. tapi Desy gak denger. Tetep aja dia jalan. Gak lucu kan kalo ada berita di koran yang menyatakan, “siswi SMAN 1 Jember hilang di teluk hijau”. Aduh... nggak deh. Saya yang nggak bisa ngapa2in cuma bisa berdiri dan berdoa. Di saat kami berdiri di atas bebatuan itu, tiba2, byuuurr... gelombang air lautnya mengenai sepatuku. Basah deh.... ya ampun... sepatuku..... kenapa jadi seperti ini? T.T

kemudian Aim nemu jalan alternatif untuk menghindari pantai yang sudah ketutup dengan air laut. horeee... Di sebelah kanan bebatuan terdapat hutan. Ternyata kami harus melewati hutan di sebelah kanan bebatuan itu yang suasananya seperti tadi. Sama deh kayak tadi. Mblusuk mblusuk. Pokoknya gimana caranya kami ke sampai ke tanjung itu tanpa menyusuri jalan bebatuan yang sudah tertutup oleh air laut. Alhasil, kami sampai deh di pantai berbatu lagi. Tapi, ini batu batuannya tidak tertutup air laut. Dan ini belum sampai teluk hijaunya. Masih jauh tuh... tapi yang penting, kami tidak  melewati pantai yang udah ketutupan ama air pasang. Tiba tiba, “Lho Desy mana? Desy? gimana ini?” teman2 bilang, “mungkin aja Desy udah ada di depan. Jalan aja terus.” Tapi gak mungkin Desy udah jalan sejauh ini? Nglewatin air pasang lagi. Gile tuh. Agak lama jalan, ternyata Desy ada di belakang. Berhasil melewati air pasang. Yah, untunglah selamat. Kami meneruskan perjalanan di pantai berbatu ini. Agak lama, Qkoy, gemeteran kakinya. Kayaknya kedinginan dan harus dikasi makan nih anak. Ckckck… Akhirnya kami berhenti di pantai berbatu dan jelasnya mencari kerindangan. Di situ, ada bekasnya kayu-kayu buat api unggun. Trus, ada sisa2 tulang ikan. Berarti udah ada orang yang makan ikan n buat api unggun di sini.

Selagi Qkoy bersama teman2 istirahat sebentar, Desy dengan teman2 lain yaitu Prisil, Fima, Lia, Resi, Burhan dan gak tau lagi, saya lupa, mencoba melanjutkan perjalanan. Kami berpikir, airnya semakin lama tambah pasang. Kalo airnya pasang maksimal, kami nggak bisa meneruskan perjalanan lagi nih. Akhirnya kami semua di belakang mengikuti Desy. Di depan sana, ada pantai yang ketutupan air pasang lagi. Ombaknya juga agak besar. Desy dengan teman2 di depan sudah melewati air pasang itu. Di sana ada Burhan yang terendam air pasang sambil megang taneman, buat nungguin kami semua. jika ombaknya datang dan kita lagi terendam di air pasang harus pegangan taneman, kalo enggak bisa keseret. saya teriak ke Yudi dan teman2 di belakang, “cepetan sebelum airnya bener2 pasang!!!”. Burhan yang udah bantuin saya dan Tanti melewati air pasang tetep di air pasang, nungguin anak2 yang di belakang. Makasih ya, bur! saya melanjutkan perjalanan dengan teman2 di depan.
Trus, saya dengan anak2 di depan, memasuki hutan lagi, tapi gak separah hutan yang tadi. Kalo hutan yang tadi, banyak pohon dan lumpurnya. Kalo yang ini mah, lebih banyak pasirnya juga lebih banyak semak2nya. Wah, gak nyangka saya sudah berada di tanjung kecil ini yang tadinya terlihat jauh sekali. Di balik tanjung ini ada teluk hijau. Hmm... saya meneruskan berjalan. Jalan dan jalan. Kayaknya udah lupa dengan capek nih. saya jalan paling blakang di barisan itu. Desy dengan teman2 di depan keluar dari semak semak hutan ini dan berteriak teriak. Wah.... saya jadi deg2an. Kayak apa sih? Teluk hijau yang selalu disanjung-sanjungkan. Waktu teman2 laen, udah keluar saya masih di dalem semak2. Tinggal beberapa langkah lagi saya keluar. saya merogoh hape saya dan merekam pake kamera video. saya jalan beberapa langkah dan.............. wawww....... waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa........ saya berteriak sekencang2nya.... waww... speechless. saya yang lagi nulis ini, kayak mau nangis. Sumpah kereeeeennnn. Bener2 jauh lebih indah dari pantai yang tadi. Sesuai dengan namanya. TELUK HIJAU... warna airnya hijau, jernih lagi.

Amazing

Fabulous

Yang saya injak udah bukan batu kayak tadi, melainkan pasir. Gambarnya udah ada di paling atas. saya baru pertama kali ini menginjak dan memegang pasir pantai. Maklumlah… Wkwkwk.. 
Hehe... pantainya sepiiiiii banget. benar benar belum terjamah. Ya iyalah.. buat menjangkaunya saja harus susah payah kayak gini. Gak ada orang yang jualan lagi... ada sih.. Sundel Bule.. hiiiii.. nggak deh! Tapi saya nggak mungkin menyesal pernah ke sini. Capek kami terbayar sudah. saya istirahat di sini bersama teman2 nungguin temen2 lain di cloter kedua. Kami foto2 deh di sini. Maklum narsis. Hehe 
Teluknya benar benar tersembunyi seperti ini. Benar2 kayak kolam buatan di luar negeri yang baguus banget. Tapi kalo yang ini bener2 alami. Subhanallah… Sementara kami istirahat sama yang lain, Desy trus jalan sampai ke pucuk teluk. Gak tau dia di sana ngapain. Saya jalan2 di pantai bentar aja, tiba2 udah byurrr. Celanaku basahh lagi, sepatuku juga. Jadi inget dengan yang di rumah. kena marah ntar nih. Tapi ini kan nggak disengaja. saya juga nggak tau pantai. Gelombangnya kayak apa juga saya tidak pernah merasakan.

 

tidak lama kemudian, ada suaranya Burhan teriak sama teman2 lainnya. Mereka sampai ke sini. Akhirnya, Kita bertujuh belas udah sampai semua di teluk hijau. Hmmm... Trisda langsung buka baju dan main air. teman2 yang mainan di pantai udah kotor ama pasir. Ini salah satu gambarnya. Dari kiri itu Resi, Alif, saya, Burhan, Lia, Sindy, Trisda, Tanti, Andri. Hehe…

Trus, teman2 bilang, “eh, ayo kita mencoba berjalan ke pucuk sana yok. Di situ ada Desy lho. Ada air terjunnya juga lho”. Saya langsung mencopot sepatu dan berjalan ke sana, dan untuk ke sana masih harus naik dan melewati batu besar, karena pantainya kena air pasang. Andaikan airnya nggak pasang, pasti berjalan dengan mulus. Hehe. Eh, ternyata beneran ada air terjun. Gak keliatan sih kalau dilihat dari gambar yang ada di atas foto air terjun ini. Karena lokasinya jauh dan masih jalan lagi. Segar rasanya teman2 basah2an di sini. Kalo saya, cukup celana dan sepatu saja yang basah. Jangan lebih dari itu.  Saya sempat nyesel juga, kenapa kok saya gak ganti pake celana pendek ya. Jadi celana jeansku deh yang basah. Hadeeh.. oh, iya denger2, katanya air terjun ini ada suasana mistisnya. itu sih kata salah satu dari kami yang memang bisa ngerasain yang halus halus. kalau aku sih, orangnya biasa2 untuk hal hal seperti ini. jadi tidak terasa hal hal mistis yang sempat dibicarakan teman2..


setelah dari air terjun, tiba2 langsung hujaan. Tidakk... tasku gimana donk.. teman2 sudah panik dan berlari ke tempat semula. Jarak dari air terjun ke tempat semula sekitar 100 meter lah. Pokoknya keliatan jauh banget. Pucuk ke pucuk. Trus, pasirnya juga susah kalau dibuat berlari. Untungnya saya bawa payung. kayaknya dari semuanya cuma saya yang bawa payung. hehe.. Payungan donk. teman2 pindah2in tikernya ke tempat yang tidak terkena hujan, yaitu, di bawah akar2 dan daun2 pepohonan. Dan payung saya pakai dibuat sebagai alat untuk melindungi tas tas kami dari hujan. Alhasil, saya jadi tempat penitipan tas. Gak keren banget saya payungan, dengan tas2 di kakiku, sementara teman2 yang lain berteduh di tempat lain dan main2 juga. Krik krik krik. Emank ada jangkrik ya di sini? Nggak deh.. -___-a

setelah beberapa lama di tempat penitipan tas, Saya bosan dengan semua ini. Saya melepas tas yang dari tadi selalu aku pakai, kemudian saya taruh payung saya di bawah memayungi tas2 lainnya. Saya rela memayungi tas2 itu, sementara saya sendiri kehujanan. *lebay,.. padahal, niat awal, saya nggak ingin kehujanan. akhirnya saya jadi ikut hujan hujanan bersama teman2 lainnya. padahal, saya gak suka hujan hujanan. Haha, setelah hujannya udah agak reda, tidak terasa baju yang saya kenakan banyak pasir2nya tuh. padahal pertamanya nggak mau kotor2. -.-a

saya liat Desy ada di batu-batuan besar. Dia merendam kakinya di lubang berisi air di batu tersebut. 

 di gambar, kalo dari depan tu Qkoy, Lia, Desi, dan saya. Akhirnya saya dan Desy membersihkan baju kami yang sudah terkena banyak  pasir di situ. Kalo bersiin baju dari pasir di pantai, ya percuma saja. malah tambah banyak pasirnya ini baju. Sambil membersihkan sepatu yang penuh pasir, lama dah pokoknya di situ, tiba2 ada gelombang besar dari balik batu besar itu. Byurrr... airnya mengenai kepala kami dan saya kaget + teriak2 + pegangan Desy. Sumpah, saya pikir ini gelombang gak mungkin melewati batu yang saya dan desy duduki. Ya... maklum, saya belum tau pantai. Sumprett deh.. basah kuyup semuanya. Bajuku, celanaku, sepatuku.. huhu... T.T padahal saya nggak niat kena air pantai pertamanya.


Saya  sempat cerita ama Desy kalo saya nggak pernah ke pantai sebelumnya. Ini aja harus mati2an buat minta ijin ama ortu. Desy sampai tanya, “masa’ gak pernah ke pantai?” “iya, bener.” “lho, ke papuma? Masa’ gak pernah?” “gak pernah aq, Des, waktu itu pernah, anak2 X2, ke papuma, tapi aq gak dibolehin.” “wah, arek iki, gak pernah nang pantai, tapi sekali nang pantai langsung Teluk Ijo kon”. Hehe... trus Desy bilang, “rugi kamu kalo ke sini nggak dipuas2in.” 
Iya sih, bener katanya Desy. saya sudah basah kuyup kayak gini. Takut dimarahin? Pastinya. Tapi ini udah basah, gimana lagi? Toh, gimana gimana ato digimana2in pun tetep aja basah. Mending puas2in saja. Hhahaaa…saya langsung menggila. Langsung guling2 di air. Main2 dengan teman2 tanpa khawatir sama yang di rumah nanti. Dan benar.. it’s so fun. saya puas2in sekarang. saya yang tadinya sudah lumayan bersih dari pasir pantai, sekarang malah tambah kotor oleh pasir. Foto2, rendem2an di pantai, maen air. So fun.... ^.^

Ini pantai pribadinya Traffic Light pada tanggal 21 April 2011. Tapi ya pada hari itu aja…. Hehe.. soalnya nggak ada orang lain selain kita bertujuh belas sih. I love it. Gak ada siapa2 di sini. Suer! Kami main2 sepuasnya di pantai ini. 
Tapi, dari tadi ada yang diem aja ya? Wira…. tidak seperti teman2 lainnya. Saya tanya ke teman2, kok dia kayak gitu sih? Katanya, dia mikirin nanti pulangnya gimana. O… geto..? iya sih. Saya langsung berpikir, “Gimana ya nanti pulangnya? Rasanya sudah jalan sejauh ini. Dan kami berada di tempat yang jauh dari apa pun. Apakah nanti bisa pulang???”Hmmm.. tapi nggak tau dah, guling2 lagi…. Main pasir lagi.. main air lagi…
Kami rasa sudah cukup, saya bersama teman2 berjalan lagi ke pucuk teluk hijau dan langsung siram2 di air terjun. Segerrr... rasanya. Airnya tawar lagi. Walaupun pasirnya gak ilang seratus persen, cukup lumayan lah buat membersihkan pasirnya. Hehe. Kembali lagi jalan ke tempat awal, cuaca hujan lagi. Tapi kami langsung kemas2, sudah lempit2 tiker. Qta harus ke tempat si mobil dan pak sopir. Tapi..... tapi tapi.. setelah sejauh ini, apa bisaa pulang gak ya??? Meski agak ragu, tapi kami semua berharap bisa pulang dengan selamat. Let’s go!
Kami pulang lewat jalan yang tadi, hutan yang banyak semak2nya itu. Lia tanya, “apa gak ada jalan lain tah yang lebih mudah dari ini?”. Desy jawab, “nggak ada. Jalan satu2nya ya cuma ini.” Pupus sudah harapan. Kami tetap jalan melewati tempat yang tadi. Huhu, gara2 hujan dan saya bawa payung, Oni menitipkan kameranya di tasku. Kayaknya emank dari semua anak nih, yang bawaannya paleng berat dan rempong itu saya. Lia dan Andri cekeran alias nggak memakai alas kaki. kalo Lia nggak tau kenapa sepatu lukisnya nggak dipakai dan kalo Andri sandalnya copot di tengah jalan tadi. Ternyata sandal memang nggak kuat ya untuk melewati jalan sekeras ini. Kasian banget hidupnya. hehe.. Trus, kami lewat pantai berbatu seperti tadi. Setelah saya lihat2, pantai ini beda banget sama teluk hijau. Jauh lebih bagus teluk hijau pastinya.

Sekarang waktunya memasuki hutan yang tadi, blusuk2, banyak lumpur dan pohonnya. kami bertujuh belas lebih kompak daripada yang tadi. Sekarang nggak boleh ada gap lagi. Tiap anak yang di belakang atau pun yang di tengah kenapa2, anak yang di depan setia nungguin. Pasti ada kata2, “tungguin rek!” atau “sudah? ayok lanjut!” kami jalan diketuai ama Burhan. Di jalan yang cuma bisa dilewati satu orang ini, kalo urut dari depan tuh Burhan, Resi, Fima, Tanti, Prisil, Lia, Andri, Sindy, saya, Oni, Qkoy, Trisda, Yudi, Alif, Aim, Desy, and Wira.  :P
Di jalan berlumpur ini, Lia sempat terpleset dan jatuh. Tapi untungnya bukan terpleset ke jurang di sebelah. Tentu saja gara2 jalannya yang licin dan berlumpur. Dia kan gak pake apa-apa. Kakinya maksudnya yang gak pake apa2. Alhasil, celana Lia kotor oleh tanah lumpur. Trus, Resi, yang ada di barisan depan, menaruh daun besar di tempat yang sekiranya licin. Wah.. Resi so sweet banget. Dia menaruh daun agar orang yang ada di belakangnya gak jatuh. Hikz... Trus, Oni juga sempat terpleset, tapi nggak separah Lia. 
Tau gak? teman2 banyak yang pakai tongkat  seperti Resi, Lia, Sindy, Oni. Tongkatnya berasal dari ranting pepohonan. Lucu deh. saya bersyukur, saya jarang terpleset. Untung pake sepatu. *sombooong... ya, gak bermaksud sombong sih, tapi ya saya jarang ngerasa licin aja. Hehe... tapi, sepatuku udah nggak ada rupanya. Perpaduan antara pasir, lumpur, de el el. Waw… temen2 semuanya kotor banget dan nggak berbentuk saat pulang2 dari teluk hijau. Perkiraanku yang gak akan mungkin berkotor2 ria, ternyata salah BESAR. Kasian juga Qkoy, acara ke mallnya harus terhentikan… :P

Trus, waktu di hutan blusukan, di jalan kecil itu ada kayu besar yang melintang ke arah jurang. Jadi kalau mau lewat kayu besar itu, kita harus dibantuin dengan orang yang berada di depan dan di belakang kita. Lho orang yang berada di paling depan dan belakang gimana dong??? Untung aja orang yang berada di paling depan itu Burhan dan yang paling belakang itu Wira. Jadi ya bisa aja deh, mereka berdua lewat kayu besar itu nggak dibantuin. Hehe…kami masih harus pelukan sama tuh kayu besar. kakinya Qkoy sempat kram gara2 melewati kayu besar itu. Untung ada Sindy, anak PMR. Hehe… Trus, tangannya Oni juga sempat berdarah gara2 ketusuk duri waktu pegangan dan melewati kayu besar. Gara2 kayu besar itu juga, luka di telapak tanganku akibat kena batu di pantai tadi jadi tambah terasa. Aww.. sakit..

Setelah keluar dari hutan blusukan penuh lumpur, kami istirahat sebentar di tempat yang tadi. Oni ngambil lagi kameranya dari tasku dan saya duduk mamong kecapekan di tempat duduk. Duh, kasian Oni. Dia yang bawa kamera, tapi fotonya sendiri aja bisa diitung jari. Hehe.. Tapi, ya gak apa2 ya, ni. Karena ada kamu, kita bisa foto2. Hehe... nanti di rumah kan bisa foto2 sendiri sepuasnya. Wakakaka.. piss, ni!
Kami hanya melanjutkan perjalanan 1 kilometer berikutnya. Tadi waktu berangkat kan seperti naik gunung. Kalo yang ini jadi kayak turun gunung. Akhirnya, kami sampai duluan di tempat si mobil dan pak sopir. Sampai di sana, kami semua udah nggak ada bentuknya. Baju, lumpur, dan pasir udah tidak ada bedanya. Untung di sana ada kamar mandi. Ya udah mandi deh. Yey...
Setelah itu, saya makan berempat bersama Resi, Alif, dan Prisil dalam satu kotak. Memang satu kotak buat empat orang. Dan kami memang bawa itu makanan dari awal. So sweet deh. Trus, saya bantuin Fima makan. Enyak enyak!!!




Abiz nungguin teman2 yang mandi lama.. kami pulang ke Jember. saya pake kaos, celana pendek, dan gak pake jaket. Jaket saya sudah ikut kotor gara2 dipakai perjalanan ke teluk hijau tadi. Sumpah, dingin di dalam mobil. saya nggak pernah pergi2 di luar rumah pake celana pendek dan nggak pake jaket. saya hampa tanpa jaketku. Tapi untungnya ada Oni, Wira and Alif yang setia menutupiku dari serbuan AC. Hehe...

Di perjalanan, Wira sampai berkata, “gak nyongko aq isa mulih.” Sebenernya setuju sih sama dia. Tapi pulang dengan selamat kan emank tujuan kami. Ke Teluk Hijau dan pulang dengan selamat. Hhe. Di mobil, Prisil ama Wira adu lidah terus. Lucu deh mereka. Ati2 cinlok lho. hohoho... pokoknya yang gak bisa diem di mobil itu Prisil, Wira, Resi, Burhan, Yudi, Qkoy, n yang laennya juga berkontribusi juga sih,... termasuk saya..

Malamnya, kami belum sampai jember, kami sempat tersesat. Tapi bisa kembali juga. Kami melewati gumitir dan kembali ke Jember. Di Sempolan, Sindy harus turun dan berpisah dengan Trisda setelah dari tadi mereka berdua di depan. Cihuuy…! Setelah Sindy keluar, eh... si Trisda langsung tidur melungker di sebelahnya pak sopir. Trus, trus trus Wira ama Alif menyandarkan diri ke saya. Berat nih. Aduh, karena saya nggak bisa menyandar ke kiri, akhirnya saya menyandarkan diri ke Oni. Lumayan… Hehe..

Trus, kami pulang dengan selamat. kami sampai Jember jam 8 malem. Wah, 16 jam kami meninggalkan rumah dan kos
16 hours with TL, the greatest moment with TL at the Green Bay..
I LOVE THIS DAY, dan sesampainya di rumah..... ehmmm.... diomelin... ya tau sendiri lah.
Dari kiri Tanti, Qkoy, Prisil, Resi, saya, Fima. ^.^

NB: fotonya saya beri tulisan “by …” di kanan bawah, itu sih nama orang yang punya kamera, bukan orang yang memotret. hehe

2 komentar:

Blog Template mengatakan...

aku tahu akupun pernah kesana sepertinya disana masih Perawan pantainnya hehe...asyik tapi....

Diastri mengatakan...

memang , aksesnya susah, jd ga banyak orang dateng
tapi perjalanannya seruu