Ini pengalamanku sendiri saat dinas malam sebagai dokter IGD di Rumah Sakit. Bisa dikatakan horor tapi tidak juga. Selama ini aku sering mendengar kasus seperti ini hanya dengar2 saja, tidak pernah mengalami sendiri.
Kejadiannya tengah malam tanggal 19 Februari dini hari kemarin. Waktu itu saya sudah selesai mengerjakan pasien isolasi di IGD. Biasanya jika sudah selesai mengerjakan pasien, dokter akan menelpon ruangan yang dituju untuk inden pasien atau operan pasien sekalian. Untuk pasien non isolasi biasanya pasien sudah diindenkan admisi depan, tapi kalau isolasi dokter sendiri yang inden pasien ke ruangan.
Ruangan yang dituju adalah ruangan Sakura sesuai dari dokter paru. Nomer extensionnya adalah "871". Aku pun sudah hafal sekali nomer ini, bahkan di luar kepala. Aku masih ingat terakhir pesan singkat dengan dokter paru pukul 23.40 kemudian saya telfon dokter paru untuk mendapat advis kemudian saya tulis laporan di kertas rekam medis pasien. Aktifitas menelpon sampai menulis laporan memakan waktu sekitar 10-15 menit kemudian saya menelpon ruangan untuk inden pasien. Kemungkinan kejadian antara pukul 23.50 sampai 00.30. kupencetlah tiga nomer itu di telefon ruangan. "Trrrrrt... trrrrrt...." kemudian terdengarlah suara laki2 mengangkat telepon dari ruangan paling pojok di RS ini. " Halo Sakura.." suara laki2 itu tidak memperkenalkan namanya. Biasanya di RS ini kebanyakan mengangkat telepon sambil menyebutkan nama. Tapi hal itu tidak pernah menjadi perhatian serius untukku saat itu. Aku pun melanjutkan, "IGD dengan Dokter Dewi, mas mau inden pasien, ini sudah dapet advis dari dokter paru"
Kemudian suara laki2 itu menjawab, "kebetulan perawatnya sudah keluar semua ini dok. Dikirim besok pagi aja ya".
Maksud dari perawatnya keluar semua ini adalah berarti sudah kelar mengerjakan pasien yang di dalam. Berarti sudah melepaskan APD ( Alat Pelindung Diri ) yang mengcover seluruh tubuh dan sudah di dalam ruangan perawat.
Aku pun menjawab, "lah besok pagi jam berapa mas, jam 5 gimana?"
"Iya wes"
"Terus operan pasien bentar ya ini? Pasien atas nama..."
Langsung dipotong oleh suara itu "Sekalian besok aja udah dok"
Sebenarnya tidak boleh menolak pasien, tapi
aku pikir mungkin perawatnya sudah pada kecapekan atau gimana, jadi aku ya kasian aja. Aku jawab saja..
" ya wes besok sebelum jam 5 aku telfon ya buat operan dulu"
" ya dok" jawab suara laki2 itu
"Oke" jawabku mengakhiri percakapan di telepon
Setelah itu aku melanjutkan mengerjakan pekerjaan lain.
Jam sudah menunjukkan pukul 4 pagi. Kebetulan ada adzan subuh. Setelah meengerjakan solat subuh, mulailah aku menelepon nomer itu lagi. "Trrrrt... trrrrttt"
Kebetulan yang mengangkat teleponnya adalah wanita, "halo sakura ada yg bisa dibantu"
Aku pun menjawab, "IGD dokter D, mbak mau operan pasien semalem yang aku inden"
"Pasien apa ya dok?"
Aku menjawab dengan agak tidak santai,"pasien yang aku pesen semalem.. ke mas sapa dah itu aku ngga nanya namanya semalem"
"Sebentar dok" lalu terdengar suara gagang telepon yg ditaruh di meja kemudian hening sebentar. Mbak itu sepertinya pergi menanyakan ke rekannya apakah ada yang inden pasien semalam.
Lalu terdengar lagi suara wanita itu "halo.. sudah telefon dok semalem?"
Aku menjawab sambil menahan sebal "Sudah mbak katanya mas sapa itu tadi disuruh ngirim jam 5 pagi, ya aku telfon sekarang"
"Oh iya iya dok"
Kemudian kami melakukan operan pasien.
Singkat cerita pasien sudah dipindah ke ruangannya.
Kemudian pukul 6.30 saya menelpon ruangan itu lagi untuk mengurus ktp pasien yang belum dibawa oleh keluarga.
Kebetulan yang menerima telfon adalah mbak Andini yang tadi operan. Setelah selesai bercakap cakap masalah ktp pasien tiba-tiba mbak Andini menanyakan lagi hal semalam.
"Dok, maaf, tadi beneran nelpon ke sini dok?"
"Iya trus disuruh ngirim pagi itu"
"soalnya teman saya ngga ada yang ngerasa nerima telfon dari IGD dok"
"Lah masa' lupa mase? Ngelantur paling"
"Jam berapa nelponnya dok?"
"Sekitar jam 12 atau setengah satu "
" tapi memang kebetulan yang mengerjakan pasien itu perawat laki2 di sini, selesai mengerjakan pasien sekitar jam setengah satu"
"Lupa mungkin atau masa' aku yang salah telfon ruangan"
"Perawat yang jaga malam ini cuma satu dok, mas Indra namanya, dan saya tau orangnya ngga mungkin bohong dok. Apalagi orangnya masih baru di sini dok, ngga mungkin berani nolak operan pasien (biasanya yg berani kayak gitu perawat senior)"
"Orang lain mungkin.. apa mungkin cleaning service ya?"
"Ngga mungkin cleaning service jam segitu dok"
"Transporter mungkin?"
"Ngga juga dok, ngga ada orang lain semalam"
"Masa' saya yang salah nelpon, saya hafal banget loh kalo sakura itu nomernya segitu. Kok jadi merinding aku mbak"
"Nah itu dok saya juga heran"
Percakapan pun diakhiri
Aku pun menceritakan itu ke Rose. Katanya bisa jadi aku salah telfon ruangan.
Oke di RS ini ada dua macam ruangan yaitu non isolasi dan isolasi. Jika aku semalam salah telfon ke ruangan non isolasi ngga mungkin perawatnya minta dikirim pasien besok pagi. Kalau ruangan isolasi wajar minta besok pagi karna alasan pemakaian APD. Ada lima ruangan isolasi yaitu RICU, sakura, tulip, lavender dan Bougenville. Kalau RICU tidak mungkin karna yang ditanyakan pertama oleh perawatnya adalah apakah pasien ini sudah dapat persetujuan dari dokter anestesi dan paru. Kalau Bougenville tidak mungkin juga karna prioritasnya adalah pasien ibu hamil dengan swab antigen positif. Berarti kemungkinannya adalah Tulio atau Lavender.
Oke saya jadi ingin menelpon kedua ruangan tersebut. Awalnya konyol kalau menelpon hanya untuk memastikan tapi karna penasaran ya tancap saja.
Aku telfon kedua ruangan itu dan menanyakan apakah ada telfon nyasar dari IGD semalam. Jawaban keduanya pun sama. Yaitu tidak ada telfon dari IGD semalam.
Jadi siapakah yang mengangkat telfonku semalam?
*nama pemeran dan nomor extension disamarkan